Pendampingan Penyusunan Roadmap (Peta Jalan) Pelaksanaan Riset, Kekayaan Intelektual Dan Hilirisasi Bagi Perguruan Tinggi Di Lingkungan Lembaga Layanan Pendidikan Tinggi Wilayah II Tahun Anggaran 2025 Batch II

Share it

Palembang, 18 September 2025 – Setelah sukses menyelenggarakan kegiatan pada hari sebelumnya, Lembaga Layanan Pendidikan Tinggi (LLDIKTI) Wilayah II kembali menggelar Pendampingan Penyusunan Roadmap (Peta Jalan) Pelaksanaan Riset, Kekayaan Intelektual (KI), dan Hilirisasi Batch II. Kegiatan yang berlangsung di Ruang Sidang A Gedung LLDIKTI Wilayah II ini, secara khusus menghadirkan dua narasumber ahli dari Universitas Sriwijaya, yaitu Prof. Dr. Ir. Siti Herlinda, M.Si. dan Prof. Dr. Yuliani, S.E., M.M.

Acara dibuka secara resmi oleh Ketua Tim Kerja Riset dan Pengembangan LLDIKTI Wilayah II, FX Romi Kurniadi Saputra, S.Kom., M.M., yang mewakili Kepala LLDIKTI Wilayah II. Dalam sambutannya, Romi kembali menegaskan komitmen lembaga dalam membangun pondasi riset yang kuat di lingkungan perguruan tinggi.

“Sebagaimana bangunan yang kokoh berawal dari pondasi yang kuat, roadmap penelitian adalah fondasi utama dalam membangun tradisi riset, inovasi, dan hilirisasi yang berkelanjutan,” ujarnya. Beliau menyoroti temuan sebelumnya di mana mayoritas dosen belum memiliki peta jalan penelitian yang jelas dan selaras dengan visi misi perguruan tinggi. “Melalui pendampingan berkelanjutan dalam dua batch ini, kami berharap dapat melakukan reset paradigma dan membekali perguruan tinggi dengan kemampuan menyusun roadmap yang mencakup tiga indikator utama: riset, kekayaan intelektual, dan hilirisasi,” tambahnya. Kegiatan ini ditujukan bagi pimpinan Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat (LPPM) atau yang setara dari berbagai perguruan tinggi di wilayah Sumatera Selatan dan Bangka Belitung.

Pada sesi pemaparan materi, Prof. Dr. Ir. Siti Herlinda, M.Si., memfokuskan pembahasan pada integrasi Tingkat Kesiapterapan Teknologi (TKT) dalam penyusunan roadmap. Beliau menekankan bahwa pemahaman TKT yang diatur dalam Permenristekdikti No. 42 Tahun 2016 merupakan langkah awal yang krusial.

“Mindset kita harus paham TKT terlebih dahulu. Roadmap yang baik dibangun dari level program studi, yang kemudian terintegrasi ke level fakultas dan universitas, dengan arahan akhir yang selaras dengan keunikan dan visi perguruan tinggi,” jelas Prof. Herlinda. Ia memaparkan secara rinci klasifikasi TKT 1-3 untuk riset fundamental (prinsip dasar dan pembuktian konsep), TKT 4-6 untuk riset terapan (validasi dan demonstrasi model), serta TKT 7-9 untuk riset pengembangan (demonstrasi prototipe hingga implementasi sistem). “Dalam roadmap pribadi saya, pencantuman level TKT dan luaran yang ditargetkan adalah suatu keharusan. Ini juga yang disukai jurnal internasional, karena menunjukkan kesisteman dan arah pencapaian yang jelas,” tambahnya.

Sesi dilanjutkan oleh Prof. Dr. Yuliani, S.E., M.M., yang menyoroti aspek strategis dan implementasi roadmap. Beliau menegaskan bahwa penyusunan roadmap adalah tugas kolektif yang menentukan keunggulan dan akreditasi suatu perguruan tinggi.

“Roadmap bukan sekadar rencana, melainkan milestones yang disusun berdasarkan jejak riset sebelumnya dan proyeksi lima tahun ke depan. Setiap program studi idealnya memiliki minimal satu roadmap,” tegas Prof. Yuliani. Ia menyarankan langkah praktis dimulai dengan menginventarisasi topik dan judul penelitian beserta level TKT-nya selama lima tahun terakhir. “Dari sana, kita baru dapat merancang sasaran riset ke depan, membuat rangerun (jalur pencapaian), sasaran mutu, dan melakukan audit tahunan. Keterkaitan dengan akreditasi sangat erat, sehingga perlu ada audit untuk memastikan roadmap diimplementasikan oleh individu, program studi, dan fakultas.”

Lebih lanjut, Prof. Yuliani mengingatkan agar roadmap yang disusun juga responsif terhadap tren nasional dan kebijakan strategis pemerintah. “Dalam menyusun roadmap, ingatlah butir-butir dalam Asta Cita, seperti swasembada pangan, energi, serta pengembangan ekonomi digital, hijau, dan biru. Untuk konteks kita, fokus pada komoditas unggulan lahan suboptimal dan endemik Sumatera dengan model hilirisasi Akademisi-Bisnis-Government (ABG) akan sangat strategis,” paparnya seraya menyebutkan contoh komoditas dari tanaman pangan, hortikultura, hingga perikanan.

Di akhir sesi, Prof. Yuliani memberikan kiat membuat roadmap yang efektif. “Roadmap harus ringkas, padat, jelas, dan mudah dipahami. Visualisasi dalam bentuk bagan atau tabel sangat dianjurkan daripada narasi panjang. Yang terpenting, roadmap harus realistis, melibatkan SDM yang tepat, dan menjadi dokumen resmi bersama yang menumbuhkan tanggung jawab kolektif,” tutupnya.

Kegiatan Batch II ini ditutup dengan harapan yang sama besarnya dengan Batch I, yaitu terwujudnya roadmap- roadmao penelitian di setiap perguruan tinggi yang tidak hanya menjadi dokumen formal, tetapi juga menjadi pemandu aktif dalam menghasilkan riset, kekayaan intelektual, dan hilirisasi yang berdampak nyata bagi masyarakat dan kemandirian bangsa.